Selamat Datang

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "MEJUAH-JUAH KITA KERINA,NANDE-BAPA',TURANG IMPAL,RAS SENINA"

kursor

Senin, 26 November 2012

KULINER EKSTREM TANEH KARO

KULINER EKSTREM TANEH KARO

Dengan kemajemukan penduduknya, Indonesia sejak dulu dikenal mempunyai mempunyai pusaka kuliner yang beranekaragam. Berbagai jenis masakan ada mulai dari yang lazim dimakan maupun  yang dianggap ekstrem. Ekstrem jika masakan tersebut memakai bahan yang jarang dipakai oleh masyarakat pada umumnya. Namun, makanan yang dianggap aneh oleh suatu masyarakat sering dianggap biasa oleh masyarakat yang terbiasa memakannya. Seperti ibu-ibu di Jawa yang biasa memakai tempe busuk sebagai campuran sambal tumpang. Di Tuban Jawa Timur, masyarakat memakan tanah liat panggang sebagai penganan. Sedangkan di Palembang, buah durian dibusukkan menjadi tempoyak. Makanan ekstrem juga dapat kita temui di Sumatera Utara. Di antaranya adalah kidu dan pagit-pagit yang biasa dikonsumsi etnis Batak Karo yang banyak tinggal di dataran tinggi Karo.
Kidu adalah makanan yang terbuat dari larva ulat pohon enau  (aren) yang tumbang dan membusuk beberapa minggu. Ulat enau sendiri berwarna putih, gemuk dan berukuran sebesar jempol kaki orang dewasa.
Description: A description...
Orang Karo memasak ulat ini dengan cara mengolahnya dengan bumbu-bumbu khas Karo seperti andaliman dan kecombrang (disebut kincung di Medan). Biasanya kidu dimasak dengan bumbu arsik (gulai bumbu kuning khas Batak). Ulat setelah dibersihkan digoreng sebentar agar bagian luarnya renyah, tetapi tidak sampai pecah agar cairan di dalamnya masih utuh kemudian dimasukkan dalam gulai arsik.
Bagaimana rasanya? Bagian luarnya renyah karena telah digoreng terlebih dahulu. Bagian dalamnya “pecah” ketika digigit dengan rasa yang mirip santan, lumer begitu masuk di dalam mulut. Bagian mata ulat bahkan menimbulkan sensasi “kres” yang kemudian mengucurkan cairan kental yang gurih.
Meski sebagian orang menganggap makanan ini menjijikkan, tetapi makanan ini memiliki sumber protein yang tinggi. Kidu juga memiliki khasiat untuk meningkatkan vitalitas. Menurut sejarah, dulu para raja-raja di Karo sangat menyukai kidu. Sekarang ini sulit mencari kidu karena sudah sangat jarang orang yang menyajikan masakan ini karena jarang sekali ditemukan pohon enau yang tumbang, kecuali jika sengaja ditebang.
Sebagai informasi, kidu tidak sama dengan kidu-kidu. Kidu terbuat dari ulat, sedangkan kidu-kidu adalah makanan nonhalal semacam sosis yang terbuat dari daging babi. Jadi kalau Anda ingin mencicipi sensasi makan kidu, jangan salah sebut.
Kuliner lainnya adalah Pagit-pagit atau terites, merupakan makanan khas Karo yang biasa disajikan saat pesta besar. Terites terdiri dari berbagai jenis sayuran dan berisi jeroan atau bagian dalam sapi, kerbau, atau kambing. Rasanya yang legit membuat kuliner yang satu ini memiliki banyak penggemar. Terites sering juga disebut soto Karo, karena penyajian dan penampilannya yang hampir sama soto yang umum kita kenal. Namun satu hal yang membedakan adalah kuahnya. Kalau soto pada umumnya memakai kuah bening atau kuah santan, terites memakai kaldu yang diambil dari SARI rumput yang ada pada lambung pertama sapi.
Ups..Anda jangan salah paham. Rumput ini belum menjadi kotoran karena rumput ini diambil dari lambung, bukan usus besar. Rumput ini masih segar karena ketika kerbau atau sapi memakan rumput maka rumput yang baru dimamah di mulut akan ditelan dan dimasukan kedalam lambung (perut besar) kemudian akan dimamah kembali baru rumput tersebut akan dimasukan ke lambung. Nah di lambung itulah SARI rumput tersebut diambil.
Ekstrak yang berbentuk seperti rumput lalu diperas untuk diambil sarinya. Kemudian dimasak dengan babat, kikil, kaki kambing, atau kepala kamping/sapi selama kurang lebih tiga jam. Untuk memasak pagit-pagit diperlukan keterampilan khusus karena tidak jarang jika dimasak oleh yang bukan ahlinya masih terasa berbau amis.
Description: A description...
Aroma khas yang dihasilkan oleh rumput hasil fermentasi lambung memberi cita rasa tersendiri. Memang kalau dilihat dari warna kaldu dan aroma nya membuat orang akan enggan memakannya. Tapi kebanyakan orang yang telah mencoba pasti ketagihan dan ingin memakan yang satu ini. Selain itu kandungan tanin pada terites berkhasiat mengobati penyakit maag.
Bagaimana dengan Anda. Berani mencoba?. Makanan ini termasuk makanan yang unik dan langka jadi untuk mendapatkannya Anda hanya dapat menjumpainya di rumah makan khas Karo.
Masih Banyak Lagi Kuliner Khas Karo  yang akan disajikan pada kegiatan Festival Budaya Nusantara yang akan diselenggarakan di Lapangan A Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tanggal 1 April 2012. Untuk itu jangan lupa untuk mencicipi kuliner khas Karo tersebut. Nikmati kulinernya, lestarikan budayanya.Festival Budaya Nusantara 2012, Cintai Budayaku, Sekarang dan selamanya!”
 sumber : http://kulinologi.biz

TERPUK RAS ORAT NGGELUH KALAK KARO (PEMBAGIAN DAN PRINSIP HIDUP ADAT KARO)

TERPUK RAS ORAT NGGELUH KALAK KARO

Situhuna lenga bo jelas bas ise nari nge mbagi-mbagisa terpok/wilayah orat nggeluh kita kalak Karo entah bas perjabun, majekken mengket rumah adat mbaru, acara kepaten, ras sidebanna ibas kegeluhen kita kalak Karo nai nari.
Tapi si memang nyata, emkap makana kenca daerah- daerah kita Karo sibage belangna i kunduli jajahan Belanda, maka daerah Karo ibagi bagi ibas administrasi pemerintahan siberlainen. mungkin maksudna gelah perukuren kalak Karo ula ersada, nginget belanda bas abad XIX ras permulaan abad XX, kalak Karo terus menerus memerangi posisi bnelanda ras tuan – tuan kebun.Ternyata tujuan Belanda enda lit lit ulihna , sebab usur kakin sapih- sapih kita lanai siangkaaen , ijjendam masuk jarum perpecahen Belanda . Tapi untung kang kalakm Karo dungna ngerti politik busuk Belanda enda , emakana dungna kalak Karo dungna enggo reh ukurna muluihi persada ukur .
Jadi sini kataken kalak 7 (Tujuh) terpok orat nggeluh kalak Karo, ija enda pe relatif ras samar emkap ken :
Terpok/Wilayah Karo Timur, termasuk ije kecamaten- kecamaten:
Lubuk Pakam
Bangun Purba
Galang Gunung Meriah (termasuk Kabupaten Deli Serdang)
kecamaten Dolok Silauras
kecamaten Silima Kuta (Simalungun).
Terpok / Wilayah Karo Dusun, termasuk ije kecamatan-kecamatan :
Biru-Biru
Tanjongmorawa
Hamparan Perak
STM Hilir
STM Hulu
Kutambaru
Sunggal
Pancurbatu
Sibolangit
Namborambe
Terpok/ Wilayah Karo Langkat :
Bahorok
Batangsarangan
Salapian
Stabat
Binjai
Selesai
Lau (Sungai) Bingai
Kuwala.
Terpok/Wilayah Karo Baluren.Termasuk bas kecamaten-kecamaten:
Tanah Pinem
Tigalingga
Terpok/Wilayah Karo teruh Deleng, termasuk ije ibas kecamaten-kecamaten:
Payung
Simpang Empat
Kutabukuh
Mardingding
Terpok/Wilayah Karo Singalor Lau , termasuk ije kecamaten-kecamaten:
Juhar
Tigabinanga
Munte
Terpok/Wilayah Karo Kenjulu, termasuk ije kecamaten- kecamatan:
Berastagi
Kabanjahe
Tigapanah
Barusjahe (ras Merek Sekelewetna)
Bageme gelah enggo sieteh kerina sebagai kata persinget ngenda ngenca, lang kampe kuakap itehndu nge kerna sibage rupana, ulanai kita sikengen kerna adat nggeluh kita kalak Karo berbeda beda cara pengodakken ras pengolekenca, saja ngenca i ntinjau balinge ia, saja lit perbedaen ngelaksanakenca sitik-sitik, gia ningen banci jadi perjengilen, sebab lit istilah bas Adat nggeluh mbar berita emekapken: “Gelarna nge teku lang nina (e mberet kal e adina la i ikuti katana e)”.
Ekap makana nikatakan bas cakap adat: “Uga litna bage i baba”, “Uga adatna bage ni dalanken “. Misalna adina lit sekalak anak perana ia nggeluh ibas Terpok Wilayah Karo Kenjulu atena ngempoi diberu terpok/wilayah Karo Timur, maka sue ras adat nggeluh mehamat erkalimbubu kerjana e ibahan ngikuti bagi siniaturken Adat nggeluh Terpok Karo Timur kai nina ipesikap, labo banci ipaksaken bagi adat kegeluhen Karo Kenjulu asal kutana e. ( Ngajarsa Sinuraya)
cataten : terpok bali ertina ras kata terpuk.
sumber : www.karo.or.id